TEMPO.CO,NGANJUK
-Penyidik psikologis Kepolisian Daerah Jawa Timur dr Rony Subagia SpKj
memastikan tak ada motif ekonomi dalam pembunuhan gay yang dilakukan
Mujianto. Kasus ini juga berbeda sama sekali dengan jagal Jombang Ryan
yang mengincar harta korban.
Keterangan ini
disampaikan Rony usai melakukan pemeriksaan kejiwaan terhadap Mujianto
di Rumah Sakit Bhayangkara Nganjuk. Kamis 16 Februari 2012. Dari
pengakuan tersangka, dia melakukan pembantaian itu murni karena cemburu.
»Tak ada motif ekonomi sama sekali,” kata Rony kepada Tempo. (baca:Diduga Psikopat, Mujianto Akan Jalani Tes Psikolog )Perwira polisi berpangkat Ajun Komisaris Besar ini menambahkan rasa cinta Mujianto kepada majikannya, Joko Suprianto sangat besar. Sebab dari Joko pula Mujianto mengenal hubungan penyuka sesama jenis. Karena itu dia merasa sangat cemburu ketika kekasihnya diketahui memiliki hubungan asmara dengan beberapa pria lain.(Baca: Mujianto Membunuh 15 Temannya karena Cemburu )
Mujianto dibekuk di rumah pasangannya, Joko Suprianto, di Desa Sonopatik, Kecamatan Berbek, Kabupaten Nganjuk, Senin, 13 Februari lalu. Joko adalah duda, 49 tahun, majikan dan kekasih Mujianto. Jejaknya terendus dari pengakuan korbannya yang selamat, yakni Muhammad Fais. Dalam dua bulan ini, ulah pria 21 tahun itu menewaskan empat orang, yakni Ahyani, 46 tahun, warga Situbondo; Romadhon (55), Sudarno alias Basori (42), keduanya warga Ngawi; dan seorang lagi belum diketahui identitasnya, pria berusia 32 tahun.
Adapun korban selamat adalah Muhammad Fais, 28 tahun, asal Pasuruan, dan Anton S. Sumartono, 47 tahun, asal Surakarta. Sembilan korban lainnya belum diketahui nasibnya. "Kami masih menyelidiki sembilan korban lainnya," kata Kepala Kepolisian Resor Nganjuk Ajun Komisaris Besar Anggoro Sukartono.
Sebelum melancarkan aksinya, Mujianto mencuri semua nomor telepon calon korban dari ponsel kekasihnya, Joko. Lalu dia merayu selingkuhan Joko. Dia menghubungi mereka satu per satu dengan dalih ingin berkenalan.
Setelah cukup dekat, Mujianto mengajak korbannya bertemu di Nganjuk untuk berjalan-jalan. Mujianto menuturkan, saat jalan-jalan itulah dia melakukan hubungan badan dengan korbannya di beberapa tempat, seperti persawahan atau toilet stasiun pengisian bahan bakar. (Baca:Korban Mujianto Ditemukan Tewas di Terminal Nganjuk)
Siasat terakhirnya adalah mengajak korbannya ke warung. Di tempat inilah dia meracuni minuman korban. Saat korbannya lemas, dia menitipkannya ke rumah warga. Kepada pemilik rumah, Mujianto berdalih hendak memanggil dokter sebelum akhirnya kabur.
Suparno, keluarga salah seorang korban, yakni Romadhon, bercerita, "Sebelum meninggal dunia, almarhum sempat bercerita bahwa ia ditipu dan sempat makan bakso yang diduga beracun," ujar Suparno.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar